Inilah.. 9 Pasukan Khusus Indonesia!!

Kopassus merupakan pasukan terbaik ke-3 di Dunia.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Ksatrian para Kader Pemerintahan

Tempat dimana calon pemimpin pemerintahan di bentuk.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Assalamu'alikum wr.wb

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Sabtu, 07 Juni 2014

Bukan Kami Mengekslusifkan Diri

Banyak opini yang mengatakan bahwa setelah menjadi Praja IPDN seseorang berubah dan terkesan mengeksklusifkan diri. Opini tersebut bisa benar, bisa juga tidak. Setiap orang bebas beropini, tapi izinkan saya mengemukakan opini saya sendiri disini.

Seseorang berubah ketika menjadi Praja IPDN? Ya, pasti. Bukankah perubahan itu memang menjadi fitrah manusia? Setiap saat berubah dan mencoba untuk menjadi lebih baik lagi. Bahkan alam semesta pun tidak pernah berhenti berubah setiap milidetik. Tidak ada hal yang persis sama terjadi dua kali. Semua selalu berubah.


Kami berubah ketika masuk ke IPDN itu hal yang pasti. Ketika resmi dilantik di lapang parade Kampus Jatinangor dari calon praja menjadi Muda Praja, saat itu beban kami bertambah dipundak kami bahkan beban keluarga kami juga kami tempatkan menjadi satu dipundak bersama amanah yg diberikan negara ini dan aturan baru dalam hidup kami mulai berlaku yaitu Peraturan Tata Kehidupan Praja atau yang disingkat Petadupra sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009. Bertambah lagi satu aturan yang berlaku dan harus dipatuhi dalam hidup kami. Siklus kehidupan kami pun diatur dengan undang-undang. Bayangkan saja, dari mulai tidur sampai tidur lagi kehidupan kami diatur oleh undang-undang. Potongan rambut dan pakaian yang boleh kami pakai ada aturannya. Cara berjalan dan berbicara ada aturannya. Kapan kami boleh keluar kampus ada aturannya. Barang apa saja yang boleh kami bawa dan kami miliki di kampus ada aturannya. Bahkan cara menyusun pakaian didalam lemari pun ada aturannya. Bisa saya bilang, nyaris semua unsur kehidupan kami ada aturannya. Dari gambaran tersebut, wajar bukan kami berubah? Berubah dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Ada yang bilang kami banyak gaya-gayaan memakai seragam kami. Kemana-mana memakai seragam dan berjalan berkelompok sesama Praja. Bukan maksud kami mengeksklusifkan diri ataupun menyombongkan diri, tapi memang begitu aturannya. Pakaian kami selama di kampus—kurang lebih 325 hari dalam satu tahun—hanya pakaian dinas. Ya, kami hanya boleh memakai pakaian dinas selama 24 jam dalam 325 hari. Bukan kami tidak ingin memakai pakaian santai ketika jalan-jalan sejenak di mall atau tempat-tempat umum lainnya—agar tidak terkesan mengeksklusifkan diri, tapi kami tidak boleh. Kalau nekat melanggar ada sanksinya. Jangankan melanggar aturan berpakaian, melanggar aturan potongan rambut pun ada sanksinya. Rambut kami harus cepak, rapi. Untuk yang Wanita Praja juga begitu, sangat pendek, nyaris seperti potongan rambut laki-laki. Tidak jarang saya mendengar keluhan teman saya, Wanita Praja yang rindu akan rambut panjangnya, iri melihat teman-temannya yang bisa bebas memakai baju-baju yang up to date dengan aksesoris warna-warni dan rambut panjang tergerai, rekan-rekan saya, para Wanita Praja disini, tidak bisa begitu. Mereka harus rela rambutnya dipotong sangat pendek dan memakai seragam dinas, setiap hari, 24 jam, selama di kampus.


Awalnya kami semua ditempatkan di kampus IPDN Jatinangor, tapi kami harus menghadapi regionalisasi atau bisa dibilang penyebaran kampus yang terjadi pada tingkat 3 / Nindya praja. Ada 9 kemungkinan penempatan kampus untuk kami yang dibagi secara acak, yaitu :
  1.  Kampus IPDN Jatinangor (Pusat)
  2. Kampus IPDN regional Riau
  3. Kampus IPDN regional Sumatera Barat
  4. Kampus IPDN regional Kalimantan Barat
  5. Kampus IPDN regional Sulawesi Utara
  6. Kampus IPDN regional Sulawesi Selatan
  7. Kampus IPDN regional Nusa Tenggara Barat
  8. Kampus IPDN regional Papua
  9. Kampus IPDN Jakarta Selatan (IIP)

kampus IPDN Jatinangor

kampus IPDN regional Riau

kampus IPDN regional Sumbar

kampus IPDN regional Makassar

kampus IPDN regional Papua

kampus IPDN cilandak-Jakarta

         Kami tidak tahu dimana kami akan ditempatkan, kami juga tidak bisa mengelak jika ditempatkan didaerah yang jauh karena kami sudah menandatangani perjanjian siap ditempatkan dimana saja waktu awal menjadi praja, yang pasti kami akan kembali ke Kampus IPDN Jatinangor saat kami naik ke tingkat 4, menjadi Wasana Praja. Kemungkinan kami menjadi semakin jauh dari rumah selalu ada. Sekali lagi, kami harus patuh pada keputusan dan peraturan yang berlaku.

Kami kebanyakan bergaul dengan teman-teman sesama Praja, bukan maksud kami melupakan teman-teman lama diluar kampus, bukan. Setiap hari di kampus kami berinteraksi dengan orang-orang di dalam kampus, rekan-rekan sesama Praja. Otomatis interaksi yang intens itu membuat kami—saat ini—lebih dekat dengan rekan-rekan Praja. Kami jarang ikut berkumpul dengan teman-teman lain diluar kampus, bukan karena tidak mau, bukan. Jangankan untuk berkumpul bersama kawan-kawan lama, berkumpul bersama keluarga pun kami sangat jarang. Pulang ke rumah dalam setahun pun bisa dihitung dengan jari tangan, saat cuti Idul Fitri dan cuti akhir tahun.  Syukur-syukur kalau ada Izin Bermalam (IB), tapi itu tidak lama, hanya sekitar 2-4 hari, dan sangat sedikit yang bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk pulang, biasanya hanya yang rumahnya bisa dijangkau dalam hitungan jam. Kebanyakan dari kami menempuh perjalanan pulang yang lama, bahkan bisa sampai dua hari, atau mungkin lebih. Jangankan pulang saat IB, kadang saat cuti yang lamanya 3-4 minggu pun ada yang tetap di kampus.

Lalu kenapa kadang kami tidak bisa ikut berkumpul dengan teman-teman lain—selain Praja—saat cuti? Karena saat cuti pun kami masih tetap punya tugas dinas, Mengisi surat cuti ke Badan Kepegawaian Daerah, silaturahmi bersama Purna Praja di daerah, silaturahmi dengan rekan-rekan Praja, dan lain-lain.
Waktu cuti kami tidak sepenuhnya bebas dari tugas dinas. Kami harus pintar-pintar mengatur waktu untuk keluarga, tugas dinas, teman-teman dan hal-hal lain yang tidak bisa kami lakukan selama ada di kampus. Kami mungkin jarang ikut berkumpul bersama kawan-kawan lama, bukan kami tidak ingin, tapi ketika kawan-kawan lama berkumpul mungkin ada beberapa acara yang bentrok, atau kami sedang ada tugas dinas, atau kami yang masih berada di kampus, tidak bisa ikut berkumpul. Kami jarang komunikasi, bukan kami sombong, tapi kegiatan di kampus—bahkan saat cuti—sangat padat. Interaksi dengan kawan-kawan diluar kampus hanya melalui handphone atau dunia maya. Sekali lagi bukan kami tidak ingin ikut berkumpul dan bukan maksud kami mengeksklusifkan diri, tapi begitulah kehidupan kami, banyak aturan, tugas dan tanggung jawab yang harus kami laksanakan. Kami ingin, tapi tidak bisa..

“Kujual masa mudaku pada negara, demi masa depanku”   

Ungkapan itu yang mungkin sering didengar dari Praja. Memang begitu kenyataannya. Banyak yang kami korbankan ketika kami resmi menjadi Praja. Waktu berkumpul bersama keluarga, bersama teman-teman, bahkan ‘kebebasan’ kami pun kami korbankan. Kebanyakan hanya melihat kami orang-orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bersekolah dengan fasilitas negara dan jaminan kerja, semua serba enak. Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar, setiap hal selalu seperti dua sisi mata uang, selalu ada positif dan negatifnya. Kami memang mendapatkan banyak hal disini, tapi sebagai gantinya, banyak pula hal yang kami korbankan. Tapi kami selalu percaya, semua pengorbanan kami akan berbuah hasil yang setimpal, kami percaya itu!


Lihat kami dengan cara berbeda, pahami kondisi kami dari sudut pandang lain—sudut pandang kami—bahwa kami bukan tidak mau berinteraksi dengan orang lain diluar Praja, bukan kami mengeksklusifkan diri, tapi kami hanya mencoba menjalankan aturan yang memang harus kami patuhi. Kehidupan kami tidak serba enak seperti yang dilihat orang kebanyakan, banyak yang kami korbankan dan kadang kami ingin bisa bebas tanpa terikat peraturan seperti orang lain—manusia memang sering tidak puas bukan? Menginginkan apa yang orang lain miliki. Tapi kami tahu, kami harus konsisten dan menerima konsekuensi dari apa yang kami pilih dan kesempatan yang kami dapatkan.

Sekali lagi, bukan kami mengeksklusifkan diri, kami hanya sedang berjuang untuk bertanggung jawab dalam menjalankan kesempatan dari Tuhan dan amanah dari negara—dari rakyat—untuk menjalani pendidikan disini. Kami tetap kami, orang yang sama seperti sebelum menjadi Praja, kami berubah karena kami sedang berusaha belajar dan berubah untuk menjadi lebih baik lagi, karena semuanya harus kami pertanggung jawabkan dunia dan akhirat. Bukan hanya kepada negara, tetapi tentu saja yang utama, kepada Tuhan. Itulah bentuk pengabdian yang kami berikan...


Kamis, 05 Juni 2014

Perjalanan Sekolah Pamong dari zaman OSVIA hingga IPDN





(Direktur Eksekutif Pamong Institute - Penerbit WADIpress).

PAMONG Jakarta --- Dalam sejarah pendidikan pamong praja, pendidikan pamong praja pada jaman Hindia Belanda dikenal nama sekolah dengan nama seperti OSVIA, MOSVIA, dan MBS.
Berdirinya sekolah Pamong di Indonesia tak lepas dari kepentingan penjajah Belanda untuk memenuhi kebutuhan kader-kader pemerintahan saat itu. Maka didirikanlah OSVIA (Opleiding School Voor InlandscheAmbtenaren).Sekolah ini khusus untuk pendidikan bagi pegawai-pegawai bumiputra pada jaman Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan dalam pemerintahan kolonial sebagai pamong praja. Sekolah ini dimasukkan ke dalam sekolah ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari soal-soal administrasi pemerintahan. 
Masa belajarnya lima tahun, tapi tahun 1908 masa belajar ditambah menjadi tujuh tahun. Pada umumnya murid yang diterima di sekolah ini berusia 12-16 tahun. Sebelumnya sekolah OSVIA bernama Hoofden School (sekolah para pernimpin).Sekolah ini tersebar di P. Jawa, masing-masing di Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Tahun 1900 sekolah-sekolah ini mengalami reorganisasi dan diberi nama baru, yakni OSVIA. Di Bandung, sebagian muridnya berasal dari Jawa Barat. OSVIA Magelang, menarik siswa-siswa dari Jawa Tengah, sedangkan OSVIA Probolinggo bagi siswa dari Jawa Timur. Soal keturunan merupakan faktor penting dalam penerimaan siswa di OSVIA. 
Hal ini ditetapkan dalam suatu peraturan yang dikeluarkan tahun 1919 oleh pemerintah Belanda. Meskipun uang pembayaran sekolah disesuaikan dengan penghasilan orang tua, bagi keluarga berpenghasilan rendah yang menyekolahkan anaknya d OSVIA biaya itu tetap dirasakan mahal. Penerimaan siswa sering harus disertai surat rekomendasi pribadi pejabat Binenlandsch Bestuur (BB) dan para bupati. Bupati-bupati itu dapat menggunakan haknya untuk mengajukan sanak saudaranya dan orang-orang yang disukainya. Mungkinkah ini masih berlaku hingga saat ini?Pada tahun 1900, OSVIA membuka cabang bam di tiga tempat, yakni Serang, Madiun, dan Blitar. Pembukaan cabang bam itu dilakukan karena jumlah murid OSVIA meningkat dua kali lipat. Para lulusan siswa OSVIA sebagian mempunyai peranan sebagai pemimpin dalam gerakan-gerakan untuk memperbarui korps pegawai pada masa pemerintahan kolonial. Di samping itu, di antara mereka ada yang terjun dalam pergerakan Nasional, seperti HOS Tjokroaminoto sebagai tokoh Serikat Islam (SI) dan Soetardjo Arthohadikoesoemo yang bergabung dalam organisasi Budi Utomo (BU).




Pada tahun 1927 seluruh cabang OSVIA digabungkan menjadi MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) yang berpusat di Magelang. Pada bulan Oktober 1969 para lulusan OSVIA dan lembaga pendidikan lainnya, seperti Bestuur school menyelenggarakan reuni. Dalam reuni ini mereka membicarakan Rencana Pembangunan Lima Tahun Orde Baru. Beberapa di antara mereka masih mengenakan bintang.Sekolah kepamongprajaan di Indonesia telah ada semenjak Pemerintahan Hindia Belanda, itupun tidak semua orang dapat bersekolah di sekolah ini . hanya orang-orang dari kalangan tertentu saja yang dapat bersekolah disana.

Pada mulanya, pemerintahan Hindia Belanda membangun perguruan tinggi pertama di Indonesia yang berada di pulau Jawa. Pada tahun 1878, telah didirikan sekolah pimpinan pemerintahan (Hoofden-schollen). Pada mulanya sekolah ini hanya diperuntukan bagi anak-anak kaum bangsawan (elite) tetapi kemudian menjadi lembaga pendidikan para pegawai pemerintahan pribumi atau ambtenar yang pada masa itu lebih dikenal sebagai sekolah pangreh praja dan hanya mendapat akreditas A saja.






Pada tahun 1879 di Bandung, pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Opleidings-school Voor Indlandsche ambtenaren (OSVIA) yang pendidikannya selama lima tahun. Saat itu kalangan penduduk pribumi menyebutnya sebagai “Sukola Menak” maklum, murid sekolah itu adalah anak para priyayi sepeti bupati, patih dan wedana. Murid OSVIA adalah lulusan sekolah dasar atau disebut juga HIS. Setelah OSVIA, Belanda juga kemudian membuka Middlebare Besture School atau MBS yang bertempat di kota Malang-Jatim.
Sekolah Pamong yang didirikan oleh pemerntah Indonesia secara resmi yaitu Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) dengan direktur pertamanya Dr. Raspio Woerjadiningrat yang diresmikan oleh presiden RI Ir. Soekarno. Pertama kalinya APDN didirikan pada tanggal 1 Maret 1956 di Malang Jatim. Pendirian ini berdasarkan SK Mendagri No. Pend. 1/20/565 tanggal 24 September 1956.
Karena belum ada yang menampung untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebihtinggi setelah lulus dari APDN maka pada tanggal 25 Mei 1967 APDN diubah menjadi Institut Ilmu Pemerintahan (IIP). Sekolah yang masih balita itu akhirnya IIP malang dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1971.




Kebutuhan akan tenaga aparatur pemerintahan tiap daerah sangat pesat, maka sejak tahun 1965 satu demi satu didirikan APDN diberbagai provinsi. Pada tahun 1970 telah berdiri APDN diseluruh nusantara dengan lokasi sebagai berikut, Banda Aceh, Medan, Bukit tinggi, Pekan baru, Jambi, Palembang, Tanjung karang, Bandung, Semarang, Malang, Mataram, Kupang, Ujung Pandang, Menado, Pontianak, Banjar masin, Palangkaraya, Samarinda, Ambon dan Jayapura. Namun ternyata kehadiran APDN di dua puluh provinsi mengundang banyak kontroversi dari berbagai kalangan, di mana muncul anggapan bahwa kualitas dan profesionalisme lulusan APDN daerah tidak merata dan tidak seimbang diakibatkan tidak samanya kualitas pendidik dan tidak meratanya sarana dan prasarana pendukung bagi pelaksanaan pendidikan kedinasan. Dalam perjalanannya APDN Sampai dengan tahun 1991 yaitu tahun alumnus terakhir dan berakhirnya opereasi APDN telah menghasilkan 27.710 alumnus APDN yang penempatannya tersebar di 27 provinsi. Selanjutnya, untuk menyamakan pola pendidikan APDN dikeluarkanlah Kep Mendagri No. 38 Tahun 1988 tentang pembentukan APDN yang bersifat nasional yang dipusatkan di Jatinangor, Sumedang, jawa barat.Seiring berjalannya waktu dan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka APDN nasional berubah menjadi STPDN hingga kini bernama IPDN. Sangat mungkin di masa mendatang akan berubah lagi sesuai kebutuhan masyarakat.... (Roky almaro)


Jumat, 18 April 2014

KPK (Kisah Praja di Kelas)

“Cerpen ini dibuat oleh praja ketika di kelas.. khususnya praja regional makassar angk.22.” *yeaaahhh!! hahay
Kalian mungkin akan berpikir cerpen ini ditulis oleh  seorang yang telaten, rajin masuk kelas, aktif kegitan dll, jika kalian berpikir begitu berarti kalian SALAH!! :o
Cerpen ini ditulis oleh seorang praja regional makassar angk.22 yang sangat terkenal bahkan ada yang bilang regional dia hahaha (waktu jamannya pak Taslim J).. yaitu “Aslansyah”  yapp! pasti kalian ga menyangka bukan? Tapi emng ini kenyataanya hehehe
Ketika kalian rekan-rekan gw yang sedang asik dengan kesibukkan kalian dikelass.. tapi Tuhan punya niat lain.. yaitu dengan mengutus salah seorang hambanya untuk membuat cerpen ini dan menjadi inspirasi gw buat nulis kembali blog gw yg sudah usang ini hehehe :D
Cekidot.....!!!

Hoammmm.... ngantuk. Masuk??? Ngga??? Masuk??? Ngga??? Masuk???  Ngga???
Hmm ... masuk aja deh!!!
Tok.. tok.. tok.. izin masuk pak???
Pak umar: Yahh, silahkan masuk!!!
Apa mata kuliah hari ini???
Wahyudi: Dasar-dasar perencanaan pembangunan
Oh.. oke broo, tidur dulu aach... zzZZzzzZzooooooOOOOO

~10 menit kemudian...

Asas perumusan PPD (Perencanaan Pembangunan Daerah) :
·         Transparan
·         Responsif
·         Efisiensi
·         Efektif
·         Akuntable
·         Partisipasif  dll... ini itu!!... ini itu!! Ini itu!!

“hampir 1 jam dosen berbicara di depan praja, sambil menggerakan seluruh tubunya seperti orang yang sedang bernyanyi dan berjoget mengikuti irama waktu yang berdetak tiap detiknya.
Seluruh tubuhku terdiam kaku, jidatku menempel diatas kertas kosong seperti orang yang sedang memikirkan masalah.
Tetapi suara kursi yang bergoyang-goyang  sepertinya dia pegal berdiam mendengar (suara praja yang bercerita yang tidak jelas) ditambah dosen yang mengajar, saemuanya menjadi satu irama musik yang enak untuk kalian dengar.
Seakan-akan semua yang berada diruangan ini berharap kalau mata kuliah ini tidak akan pernah berakhir. Karna, mereka merasa berada di suatu club malam yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik dan seksi. Ha... Ha... Ha... :p

*tidur lagi
~1 jam telah berlalu..

“wooaaahh... enaknya tidur,
Badanku terasa lega, saya pun SIAP untuk menerima materi lagi!!!
Mata tertuju ke dosen, tubuhku duduk siap seperti acara makan menza yang telah di siapkan.
Dosen mondar-mandir kesana-kesini, sambil menyelesaikan musik yang belum dia selesaikan sejak dia masuk di ruangan ini.
Kepalaku menghadap ke kiri dan ke kanan, melihat setiap orang yang berada diruangan ini. Semuanya sibuk dengan kesibukan masing-masing, ada yang tidur memimpikan dia sedang berada dibarak, ada yang sambil sms-an dengan pacar ke-2, ada juga yang memperhatikan dosen dengan tatapan yang kosong ha.. ha.. ha.. :D
        Saya tersadar, dari tadi dosen yang duduk didepan dengan muka yang segar, dengan tubuh yang kekar, dan mempunyai semangat ngajar.
Sebenarnya dia berbicara dengan siapa???
Apakah dia malaikat yang di utus oleh Tuhan untuk berbicara dengan makhluk yang tak akan pernah dia lihat yang berada di ruangan ini??..
        “ Jangan pernah bertanya dengan siapa pun, tetapi tanyakan kepada dirimu sendiri”
        “ Jika anda ingin merasakan apa yang orang lain rasakan.. bersiaplah untuk berada di posisi orang lain”
 By Aslansyah (rekan kami di kelas). Izin aslannnn hehe..

    

Minggu, 26 Januari 2014

Siapa Suruh Ulang Tahun di IPDN

Sepenggal kisah yang terjadi dibalik tembok besar nan panjang IPDN/STPDN.... banyak yang bilang saat terjadinya beberapa kasus yang menerpa IPDN/STPDN tembok itu sulit dimasuki bahkan polisi sekalipun!!



27 Oktober 2010, esok hari adalah hari ulang tahun ku yang ke 21 tahun. Usia yang tidak muda lagi (rekan saya rata2 berumur 19 tahun). Akan menjadi hari yang membahagiakan bagiku dengan hadiah dari orang- orang yang menyayangiku. Akan ada cahaya dari 21 buah lilin kecil yang menghiasi kue tart hijau berbentuk hati kesukaanku, berpuluh kado terindah yang diberikan oleh teman-temanku yang bahagia karena hidup mereka menjadi beruntung setelah mengenalku. My boyfriend, menyiapkan sebuah kejutan kecil, dinner di sebuah pantai yang diterangi cahaya rembulan dan beberapa buah lilin sebagai bukti sayangnya kepadaku. Bagaimana dengan Orang tuaku, hmmm… sudah pasti mereka paling bahagia karena telah berhasil melahirkan anak sebaik diriku maka apapun yang kuminta ia akan langsung memberikan.

Tapi sayang itu hanya mimpi di siang bolong. Kenyataannya, sejak lahir sampai sekarang ayahku tidak pernah memberikanku ucapan selamat ultah apalagi hadiah (biasa). Kenyataannya, teman-temanku sering kena “getah” jika aku berada disamping mereka (trouble maker sejati ) , dan yang paling mengenaskan faktanya aku tidak punya pacar (ckckck“jojoba”jomblo2 bahagia ).



Ingin ku ceritakan sebuah kisah kawan, sisi lain dari sekolah kita yang mungkin dikenal orang karena kematian siswanya atau sekolah yang dianggap biasa saja dengan keberhasilannya mencetak kader Bangsa yang menjadi ujung tombak pemerintahan negara ini. Di sekolah ku ini yang Perayaan ulang tahun betul berbeda dari kebanyakan. Normalnya perayaan ultah di sini penuh dengan kejutan. Mulai dari yang diberi lembaga, teman se-provinsi, sebarak, masing2 berbeda dan semuanya penuh misteri. kau tak akan pernah tahu kebahagiaan apa yang akan direncanakan buat mu. Lembaga, dalam hal ini pengasuh biasanya mengumpulkan seluruh praja yang berulang tahun pada bulan itu. Tentunya bukan untuk berpesta makan daging sapi guling . ini sekolah kedinasan kawan, maka perayaannya pun cukup sederhana. Hmm, kalo orang ekonom bilang pareto optimum githu lah.

Masihkah kau ingat kawan, ketika Neil Amstrong sudah ke bulan dan ruh kita berkelana entah dimana. Komando satu suara yang paling kita segani memaksa kita untuk bermain di tengah malam buta. Permainan akan dimulai untuk menguji daya tahan, kecepatan, keloyalan, dan kecermatan dengan steling pakaian dinas. normalnya steling pakaian dinas tertib berdasarkan jenisnya, namun untuk yang ultah pakaian dikombinasikan dengan perintah lisan yang panjang dan tidak teratur. Misalnya, dalam waktu 3 menit harus berada di lapangan apel menggunakan baret, baju PDL (pakaian Dinas Lapangan), celana PDH(pakaian dinas harian, sepatu laras,ditangan kanan bawa gayung lengkap dengan sikat gigi, handuk diikat di kepala, berlari mengitari ruang kelas hingga ke set depan. Bagi yang tiding lengkap, telat siap2 menerima sanksi. Suasana mencekam menjadi satu dengan tawa, teriakan, dan derap langkah praja yang berlomba dengan waktu, seru abizz. Pada sesi akhir, setelah ngos-ngosan lari, performance ancur-ancuran, pengasuh akan membawakan sebuah kue tart cantik lengkap dengan rentetan puisi indah penuh makna dan edukasi buat yang berultah. 

Semuanya demi mengukir sebuah senyuman di bibir saudara kita yang pada hari itu sedang berulang tahun.
Saudara kita yang bapak dan ibunya bukan ayah ibu kita. Seorang saudara yang wajahnya tak pernah terlukis dalam sketsa keseharian kita sebelumnya. Dalam kegelapan malam bercahayakan bintang dan lilin kecil bukti ketulusan pengasuh kita, tangan kita saling berpegangan membentuk lingkaran. Saling menguatkan satu sama lain, seraya berdoa buat saudara kita yg berultah pada hari itu, mendoakan yang terbaik untuknya. Dari sabang sampai merauke, baik muslim, kristiani, hindu, mau dia hitam atau putih semua tertunduk dalam satu ucapan syukur karena hari ini telah dipertemukan dalam sebuah ikatan yang tak akan lekang dimakan waktu. Terimakasih kepada pengasuhku, Pak Taslim Djafar S.STP, M.Si, Syahrul Syam S.STP, Reinhard Alsius S.STP, ibu Nooraini Syamsuddin S.STP, M.Si. aku mengenang masa lalu ini sebagai sebuah penghargaan terhadap dosen, pelatih, dan pengasuh ku yang brilian. Dengan penuh rasa terimakasih kepada beliau yang selalu sabar dan berhasil menyentuh dan mengajarkan kepada kami nilai kemanusiaan.
Seperi yang ku katakan awal, penuh misteri. Kondisi di barak lain lagi. Jangan ngarap disini bisa dapat kue cantik yang ada lilinnya plus kado manis, yang ada justru bubur yang dibuat dari campuran semua jenis makanan yang ada dijadiin satu. Ada bakso, nasi goreng, biscuit, wafer, silverqueen, dari yang bernama sampai yang tanpa nama, semua jadi satu.Wah bisa kebayang baunya, hahaha. Itu wajib dimakan sama yang ultah. Di ikat di pohon kayak tokek , disiram ma air comberan plus air cucian yang udah di fermentasi seminggu sebelumnya, hahahha lengkap sudah. Semua dilakuin tanpa perlawanan yang berarti dari korban.

Berhubung ini sekolah kedinasan, teman2 yang super kreatif akan membuat diri kita berpikir sejenak dan menyesali kenapa ultah di IPDN. Caranya gampang, semua baju dinas di celup dalam air, bahkan baju dalam pun tak tersisa. Alhasil, siap2 jd tante2 tukang kredit barang bekas, lobi sana sini hanya untuk mempertahankan hidup esok. Kalo gak berhasil pinjam siap2 kena sanksi karena gak ikut upacara. Edan gak? Tapi inilah yang menguatkan kami. Perhatian dan kasih sayang yang mungkin kebanyakan orang menganggapnyasebagai suatu yang “aneh” atau biasa. nggak ada yang aneh, sebab mau perayaannya di hotel ataukah berakhir terikat di pohon semunya tetap sama. Kesepakatanlah yang membuat sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau sebaliknya. Kesepakatan pula yang membuat sesuatu menjadi indah atau aneh dipandang.

p.s. : melalui tulisan ini, ku sampaikan kepada 8 makhluk Tuhan yang paling s**yang gentayangan di petak E.
“ aku mungkin tidak memiliki KFC (Kendari Fried Chicken hahah) untuk mengenyangkan kalian dikala cacing2 diperut kalian bernyanyi riang,atau jaket mahal dari kulit rusa untuk menghangatkan kalian dikala hujan mengguyur Makassar atau Jatinangor kelak. Tapi, aku berharap persaudaraan ini akan menguatkan kita untuk tetap mencoba menjadi pohon buah di pinggir jalan yang meskipun dilempari orang dengan batu, ia akan tetap menghadiahkan buah yang matang kepadanya.”
Terimakasih untuk si cina kesasar Eny (kalsel),duo Jateng (novi, windri), duo teteh (afni, uci), duo sumbagsel (keryn babel, kuntum palembang) kalian memberi warna Nila, keceriaan dalam kepedihan serta kebahagiaan dalam kebersamaan. Last but not least kakak2 di Mushalla Tanpa Nama yang terus menjaga kami meski kami sedikit bandel dan sedikit keras kepala (hihihi hawa bersal dari tulang rusuk adam yang bengkok lho).Semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan anugerah-Nya kepada kita. Member kita kesadaran untuk selalu bersyukur dan terus bersyukur atas seluruh curahan nikmat-NYa. Amin





http://hansbrownsound.blogspot.com

Pengunjung