(Direktur Eksekutif Pamong Institute - Penerbit
WADIpress).
PAMONG Jakarta --- Dalam sejarah pendidikan pamong
praja, pendidikan pamong praja pada jaman Hindia Belanda dikenal nama sekolah
dengan nama seperti OSVIA, MOSVIA, dan MBS.
Berdirinya sekolah Pamong di Indonesia tak lepas
dari kepentingan penjajah Belanda untuk memenuhi kebutuhan kader-kader
pemerintahan saat itu. Maka didirikanlah OSVIA (Opleiding School Voor
InlandscheAmbtenaren).Sekolah ini khusus untuk pendidikan bagi pegawai-pegawai
bumiputra pada jaman Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan dalam
pemerintahan kolonial sebagai pamong praja. Sekolah ini dimasukkan ke dalam
sekolah ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari soal-soal administrasi
pemerintahan.
Masa belajarnya lima tahun, tapi tahun 1908 masa belajar ditambah
menjadi tujuh tahun. Pada umumnya murid yang diterima di sekolah ini berusia
12-16 tahun. Sebelumnya sekolah OSVIA bernama Hoofden School (sekolah para
pernimpin).Sekolah ini tersebar di P. Jawa, masing-masing di Bandung, Magelang,
dan Probolinggo. Tahun 1900 sekolah-sekolah ini mengalami reorganisasi dan
diberi nama baru, yakni OSVIA. Di Bandung, sebagian muridnya berasal dari Jawa
Barat. OSVIA Magelang, menarik siswa-siswa dari Jawa Tengah, sedangkan OSVIA
Probolinggo bagi siswa dari Jawa Timur. Soal keturunan merupakan faktor penting
dalam penerimaan siswa di OSVIA.
Hal ini ditetapkan dalam suatu peraturan yang
dikeluarkan tahun 1919 oleh pemerintah Belanda. Meskipun uang pembayaran
sekolah disesuaikan dengan penghasilan orang tua, bagi keluarga berpenghasilan
rendah yang menyekolahkan anaknya d OSVIA biaya itu tetap dirasakan mahal.
Penerimaan siswa sering harus disertai surat rekomendasi pribadi pejabat
Binenlandsch Bestuur (BB) dan para bupati. Bupati-bupati itu dapat menggunakan
haknya untuk mengajukan sanak saudaranya dan orang-orang yang disukainya.
Mungkinkah ini masih berlaku hingga saat ini?Pada tahun 1900, OSVIA membuka
cabang bam di tiga tempat, yakni Serang, Madiun, dan Blitar. Pembukaan cabang
bam itu dilakukan karena jumlah murid OSVIA meningkat dua kali lipat. Para
lulusan siswa OSVIA sebagian mempunyai peranan sebagai pemimpin dalam
gerakan-gerakan untuk memperbarui korps pegawai pada masa pemerintahan
kolonial. Di samping itu, di antara mereka ada yang terjun dalam pergerakan
Nasional, seperti HOS Tjokroaminoto sebagai tokoh Serikat Islam (SI) dan
Soetardjo Arthohadikoesoemo yang bergabung dalam organisasi Budi Utomo (BU).
Pada tahun 1927 seluruh cabang OSVIA digabungkan
menjadi MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) yang
berpusat di Magelang. Pada bulan Oktober 1969 para lulusan OSVIA dan lembaga
pendidikan lainnya, seperti Bestuur school menyelenggarakan reuni. Dalam reuni
ini mereka membicarakan Rencana Pembangunan Lima Tahun Orde Baru. Beberapa di
antara mereka masih mengenakan bintang.Sekolah kepamongprajaan di Indonesia
telah ada semenjak Pemerintahan Hindia Belanda, itupun tidak semua orang dapat
bersekolah di sekolah ini . hanya orang-orang dari kalangan tertentu saja yang
dapat bersekolah disana.
Pada mulanya, pemerintahan Hindia Belanda membangun
perguruan tinggi pertama di Indonesia yang berada di pulau Jawa. Pada tahun
1878, telah didirikan sekolah pimpinan pemerintahan (Hoofden-schollen). Pada
mulanya sekolah ini hanya diperuntukan bagi anak-anak kaum bangsawan (elite)
tetapi kemudian menjadi lembaga pendidikan para pegawai pemerintahan pribumi
atau ambtenar yang pada masa itu lebih dikenal sebagai sekolah pangreh praja
dan hanya mendapat akreditas A saja.
Pada tahun 1879 di Bandung, pemerintahan Hindia
Belanda mendirikan Opleidings-school Voor Indlandsche ambtenaren (OSVIA) yang
pendidikannya selama lima tahun. Saat itu kalangan penduduk pribumi menyebutnya
sebagai “Sukola Menak” maklum, murid sekolah itu adalah anak para priyayi
sepeti bupati, patih dan wedana. Murid OSVIA adalah lulusan sekolah dasar atau
disebut juga HIS. Setelah OSVIA, Belanda juga kemudian membuka Middlebare
Besture School atau MBS yang bertempat di kota Malang-Jatim.
Sekolah Pamong yang didirikan oleh
pemerntah Indonesia secara resmi yaitu Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN)
dengan direktur pertamanya Dr. Raspio Woerjadiningrat yang diresmikan oleh
presiden RI Ir. Soekarno. Pertama kalinya APDN didirikan pada tanggal 1 Maret
1956 di Malang Jatim. Pendirian ini berdasarkan SK Mendagri No. Pend. 1/20/565
tanggal 24 September 1956.
Karena belum ada yang menampung untuk melanjutkan
pendidikan ketingkat yang lebihtinggi setelah lulus dari APDN maka pada tanggal
25 Mei 1967 APDN diubah menjadi Institut Ilmu Pemerintahan (IIP). Sekolah yang
masih balita itu akhirnya IIP malang dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1971.
Kebutuhan akan tenaga aparatur pemerintahan tiap
daerah sangat pesat, maka sejak tahun 1965 satu demi satu didirikan APDN
diberbagai provinsi. Pada tahun 1970 telah berdiri APDN diseluruh nusantara
dengan lokasi sebagai berikut, Banda Aceh, Medan, Bukit tinggi, Pekan baru,
Jambi, Palembang, Tanjung karang, Bandung, Semarang, Malang, Mataram, Kupang,
Ujung Pandang, Menado, Pontianak, Banjar masin, Palangkaraya, Samarinda, Ambon
dan Jayapura. Namun ternyata kehadiran APDN di dua puluh provinsi mengundang
banyak kontroversi dari berbagai kalangan, di mana muncul anggapan bahwa
kualitas dan profesionalisme lulusan APDN daerah tidak merata dan tidak
seimbang diakibatkan tidak samanya kualitas pendidik dan tidak meratanya sarana
dan prasarana pendukung bagi pelaksanaan pendidikan kedinasan. Dalam
perjalanannya APDN Sampai dengan tahun 1991 yaitu tahun alumnus terakhir dan
berakhirnya opereasi APDN telah menghasilkan 27.710 alumnus APDN yang
penempatannya tersebar di 27 provinsi. Selanjutnya, untuk menyamakan pola
pendidikan APDN dikeluarkanlah Kep Mendagri No. 38 Tahun 1988 tentang
pembentukan APDN yang bersifat nasional yang dipusatkan di Jatinangor,
Sumedang, jawa barat.Seiring berjalannya waktu dan perkembangan kebutuhan
masyarakat, maka APDN nasional berubah menjadi STPDN hingga kini bernama IPDN.
Sangat mungkin di masa mendatang akan berubah lagi sesuai kebutuhan
masyarakat.... (Roky almaro)
0 komentar:
Posting Komentar