*Percakapan melalui telephone*
“Halo…”
“Halo sayang.”
“Ada apa
sayang? Kenapa nelpon jam segini? Kamu belum tidur?”
“Belum. Tadi aku udah tidur, tapi
tiba-tiba kebangun”
“Kamu
mimpi buruk lagi?”
“Nggak kok. bukan mimpi buruk. Tuhan
membangunkan aku tengah malam karena aku lupa ngucapin ‘Aku Sayang Kamu’ ke
kamu hari ini”
“Kamu
nggak sendiri kok, karena disini aku juga sayang kamu”
“Aku tahu”
“Tahu
apa?”
“tahu kalau kamu sayang aku. Tapi…”
“Tapi
apa?”
“Jarak kita membuatku khawatir. Kita
bahkan di waktu yang berbeda. Jauh berbeda. Langitku berbulan sementara
langitmu mempunyai matahari”
“Kita
harus yakin”
“Apa keyakinan aja udah cukup?”
“Aku
tidak suka kita membahas ini, bahas yang lain aja ya? Atau kamu tidur ya, besok
pagi kamu harus kuliah kan?”
“Aku akan tidur setelah selesai
ngangenin kamu”
*hening*
“Kamu tahu nggak?”
“Apa?”
“Suara kamu itu nggak cukup buat
ngelepas kangen aku ke kamu”
“Tapi
kamu tahu sesuatu nggak. Justru suara kamu yang membuat aku yakin bahwa
kita bisa mengatasi jarak ini”
“Tapi bagaimana dengan ciumanmu di
keningku? Emoticon titik dua bintang itu tak berarti apapun. Atau aku harus
menempelkan speaker handphone di keningku? Sudah lebih satu tahun aku tak
merasakannya”
“Sayang,
jarak ini hanyalah sebuah ujian. Tak selamanya cinta itu harus dengan sebuah
sentuhan, tapi komunikasi dan juga saling pengertian.”
*hening*
“Jarak ini juga membuat aku selalu tak
bisa tidur nyenyak.Karena besok, setelah aku bangun aku tidak yakin apakah
masih bisa mencintaimu. Dan aku selalu ingin kau meyakinkan aku”
“Kamu
harus yakin, karena kita punya banyak mimpi”
“Aku takut tiba-tiba mimpi ini jadi
mimpi buruk”
“Kalau
begitu aku akan membuatnya indah”
“Janji?”
“Janji.
Ya sudah, sekarang kamu tidur ya”
“Baiklah. eh tapi tunggu…”
“Ada
apa?”
“Besok aku masih boleh kangen kan?”
“Kapanpun
kamu mau”
“Baiklah.
Selamat Siang sayang. Jangan lupa makan siangnya”
“Selamat
malam, Have a nice dream ya sayang”
*telepon
ditutup*